Definisi musuh secara umum adalah siapa pun yang berlawanan dengan kita, yang ingin memusnahkan kita, yang ingin menghancurkan kita. Tetapi sesungguhnya musuh yang sebenarnya terdapat dalam diri kita sendiri bahkan dapat dikatakan musuh yang sebenarnya adalah diri sendiri.
Mengapa kita adalah musuh kita sendiri?
Ketika kita malas, kemalasan itulah musuh kita,
Ketika kita benci, kebencian itulah musuh kita,
Ketika kita egois, egoistis itulah musuh kita,
Ketika kita tidak jujur, ketidakjujuran itulah musuh kita,
Ketika kita serakah, keserakahan itulah musuh kita,
Ketika kita bodoh, kebodohan itulah musuh kita.
Yang sering menganggap kecil atau meremehkan kebajikan, kebenaran dan keadilan kadang memandang teman sebagai musuh kita. Mereka yang pelit dan tidak suka berbagi melihat kerabat sebagai musuh. Siapa yang tidak peduli dengan keluarganya sendiri akan menganggap keluarga sebagai musuh. Contohnya dalah bisnis, sering mengaggap saingan sebagai musuh. Bisnis is bisnis tidak pandang saudara atau teman. Dan mereka yang kaya raya biasanya akan mengaggap saudara yang miskin sebagai drakula penghisap kekayaan mereka.
Jika pikiran seseorang tidak memiliki pikiran yang murni atau jernih dan tidak memiliki moral yang baik, menganggap sesuatu di luar dirinya sebagai musuh utama, sesungguhnya dirinya sendirilah musuh terbesar baginya.
Jika kita tidak menjaga negara kita sendiri, tetapi malah menjadi teroris bagi negara kita sendiri, jika negara ini hancur, maka otomatis kita akan kehilangan tempat tinggal, dan kehilangan semuanya, apakah kita bukan musuh bagi diri kita sendiri? Alangkah menakutkannya diri kita ini.
Jika kita tidak melakukan sesuatu yang terbaik bagi pekerjaan atau profesi kita sendiri, kemudian muncul banyak masalah, karyawan yang demonstrasi dan kemudian berhenti bekerja, kita akan mengalami kerugian besar bahkan bisa kehilangan bisnis atau pekerjaan kita sendiri, apakah kita bukan musuh bagi kita sendiri?
Bila kita sering mabuk-mabuk dan menyebabkan banyak masalah bagi keluarga dan lingkungan kita dan merugikan diri sendiri yang akhirnya berakhir di penjara, apakah kita bukan musuh bagi diri kita sendiri? Demikian juga mereka yang menempuh hidup yang salah dan kemudian mendapatkan masalah? Apakah kita bukan musuh bagi diri kita sendiri? Jawaban ada di tangan anda sendiri.
Berteman dengan mereka yang bijaksana, bukan sebaliknya jadi iri hati atau sirik dengan mereka orang yang bijaksana yang hanya mengakibatkan kita kehilangan kesempatan untuk belajar dari mereka.
Jangan karena benci atau iri hati kita memusuhi orang lain, ada contoh dalam suatu perusahaan dimana terjadi persaingan untuk menghacurkan karir rekan sekerjanya berfikir dapat melakukan sesuatunya sendiri. Kenyataannya hasil yang dikerjakannya tidaklah optimal bila berkerja sama dengan rekan kerjanya.
Berdasarkan Sutra, Mara (kejahatan) bukan terdapat di luar diri kita melainkan ada di dalam pikiran kita sendiri. Di pikiran kita banyak sekali terdapat musuh: keserakahan (loba), kemalasan (dosa), kebodohan (moha), pesimistis, mudah curiga, arogan, dan kekhawatiran.
Ketika Patriat Chan (Zen) ke-4 Master Dao Xin pertama kali mengunjungi Chan Master Seng Can. Master Dao Xin bertanya tentang jalan untuk menuju “kebebasan”. Chan Master Seng Can balik bertanya kemudian: “Siapa yang membatasi kamu?” Master Dao Xin berfikir sejenak dan kemudian menjawab: “ tidak ada”. “Jika tidak ada seseorangpun yang membatasi kamu kemudian mengapa kamu ingin bebas?” Kembali Chan Master Seng Can bertanya kemudian berlalu meninggalkan Master Dao Xin. Akhirnya dimengertilah bahwa ternyata Pikirannya sendirilah yang membatasi dan mengikat diri kita sendiri. Sehingga beliaupun mengerti dengan jelas sampai akhirnya ‘tercerahkan’
Sarjana Wan Yan Ming pernah berkata: “ sangat mudah untuk menangkap bandit/penjahat yang bersembunyi di Gunung, tapi sungguh sulit untuk menangkap penjahat yang bersarang di dalam pikiran”. Musuh di luar sangat mudah untuk diperangi tetapi musuh dalam pikiran sendiri sangat sulit untuk ditaklukan.
Sutra Intan mengatakan bahwa kita harus menaklukan pikiran kita sendiri. Kita harus menjaga pikiran kita, kemudian kita baru bisa menaklukan musuh kita yang terdapat dalam diri kita sendiri. Sang Buddha pernah berkata “Menaklukan ribuan orang tak dapat disebut pemenang tapi menaklukan diri sendiri dialah pemenang sejati”
Diterjemahkan oleh Sakya Sugata, Dari Between Ignorance and Enlightment by Master Hsing Yun
Diambil di www.muditacenter.com
Mengapa kita adalah musuh kita sendiri?
Ketika kita malas, kemalasan itulah musuh kita,
Ketika kita benci, kebencian itulah musuh kita,
Ketika kita egois, egoistis itulah musuh kita,
Ketika kita tidak jujur, ketidakjujuran itulah musuh kita,
Ketika kita serakah, keserakahan itulah musuh kita,
Ketika kita bodoh, kebodohan itulah musuh kita.
Yang sering menganggap kecil atau meremehkan kebajikan, kebenaran dan keadilan kadang memandang teman sebagai musuh kita. Mereka yang pelit dan tidak suka berbagi melihat kerabat sebagai musuh. Siapa yang tidak peduli dengan keluarganya sendiri akan menganggap keluarga sebagai musuh. Contohnya dalah bisnis, sering mengaggap saingan sebagai musuh. Bisnis is bisnis tidak pandang saudara atau teman. Dan mereka yang kaya raya biasanya akan mengaggap saudara yang miskin sebagai drakula penghisap kekayaan mereka.
Jika pikiran seseorang tidak memiliki pikiran yang murni atau jernih dan tidak memiliki moral yang baik, menganggap sesuatu di luar dirinya sebagai musuh utama, sesungguhnya dirinya sendirilah musuh terbesar baginya.
Jika kita tidak menjaga negara kita sendiri, tetapi malah menjadi teroris bagi negara kita sendiri, jika negara ini hancur, maka otomatis kita akan kehilangan tempat tinggal, dan kehilangan semuanya, apakah kita bukan musuh bagi diri kita sendiri? Alangkah menakutkannya diri kita ini.
Jika kita tidak melakukan sesuatu yang terbaik bagi pekerjaan atau profesi kita sendiri, kemudian muncul banyak masalah, karyawan yang demonstrasi dan kemudian berhenti bekerja, kita akan mengalami kerugian besar bahkan bisa kehilangan bisnis atau pekerjaan kita sendiri, apakah kita bukan musuh bagi kita sendiri?
Bila kita sering mabuk-mabuk dan menyebabkan banyak masalah bagi keluarga dan lingkungan kita dan merugikan diri sendiri yang akhirnya berakhir di penjara, apakah kita bukan musuh bagi diri kita sendiri? Demikian juga mereka yang menempuh hidup yang salah dan kemudian mendapatkan masalah? Apakah kita bukan musuh bagi diri kita sendiri? Jawaban ada di tangan anda sendiri.
Berteman dengan mereka yang bijaksana, bukan sebaliknya jadi iri hati atau sirik dengan mereka orang yang bijaksana yang hanya mengakibatkan kita kehilangan kesempatan untuk belajar dari mereka.
Jangan karena benci atau iri hati kita memusuhi orang lain, ada contoh dalam suatu perusahaan dimana terjadi persaingan untuk menghacurkan karir rekan sekerjanya berfikir dapat melakukan sesuatunya sendiri. Kenyataannya hasil yang dikerjakannya tidaklah optimal bila berkerja sama dengan rekan kerjanya.
Berdasarkan Sutra, Mara (kejahatan) bukan terdapat di luar diri kita melainkan ada di dalam pikiran kita sendiri. Di pikiran kita banyak sekali terdapat musuh: keserakahan (loba), kemalasan (dosa), kebodohan (moha), pesimistis, mudah curiga, arogan, dan kekhawatiran.
Ketika Patriat Chan (Zen) ke-4 Master Dao Xin pertama kali mengunjungi Chan Master Seng Can. Master Dao Xin bertanya tentang jalan untuk menuju “kebebasan”. Chan Master Seng Can balik bertanya kemudian: “Siapa yang membatasi kamu?” Master Dao Xin berfikir sejenak dan kemudian menjawab: “ tidak ada”. “Jika tidak ada seseorangpun yang membatasi kamu kemudian mengapa kamu ingin bebas?” Kembali Chan Master Seng Can bertanya kemudian berlalu meninggalkan Master Dao Xin. Akhirnya dimengertilah bahwa ternyata Pikirannya sendirilah yang membatasi dan mengikat diri kita sendiri. Sehingga beliaupun mengerti dengan jelas sampai akhirnya ‘tercerahkan’
Sarjana Wan Yan Ming pernah berkata: “ sangat mudah untuk menangkap bandit/penjahat yang bersembunyi di Gunung, tapi sungguh sulit untuk menangkap penjahat yang bersarang di dalam pikiran”. Musuh di luar sangat mudah untuk diperangi tetapi musuh dalam pikiran sendiri sangat sulit untuk ditaklukan.
Sutra Intan mengatakan bahwa kita harus menaklukan pikiran kita sendiri. Kita harus menjaga pikiran kita, kemudian kita baru bisa menaklukan musuh kita yang terdapat dalam diri kita sendiri. Sang Buddha pernah berkata “Menaklukan ribuan orang tak dapat disebut pemenang tapi menaklukan diri sendiri dialah pemenang sejati”
Diterjemahkan oleh Sakya Sugata, Dari Between Ignorance and Enlightment by Master Hsing Yun
Diambil di www.muditacenter.com
Fri Oct 22, 2010 3:58 pm by Try budi
» Tatoo Dalam Buddhisme :?:
Fri Oct 22, 2010 3:23 pm by Try budi
» Apa bedanya Vihara dan Kelenteng
Fri Oct 22, 2010 3:07 pm by Try budi
» sate torpedo
Thu Dec 10, 2009 3:03 pm by felix nugroho
» toko mas jelita
Thu Dec 10, 2009 3:03 pm by felix nugroho
» tabrakan mengerikan
Thu Dec 10, 2009 3:02 pm by felix nugroho
» seperti mama
Thu Dec 10, 2009 3:02 pm by felix nugroho
» sedihnya jadi cowo
Thu Dec 10, 2009 3:01 pm by felix nugroho
» sayembara putri raja
Thu Dec 10, 2009 3:01 pm by felix nugroho