William Sun Oct 19, 2008 11:14 pm
Pada dasarnya vihara berbeda dengan kelenteng, spt membedakan gereja dengan masjid. Vihara merupakan tempat ibadah umat beragama Buddha, sedangkan kelenteng merupakan tempat ibadah umat beragama Kong Hu Cu.
Dari segi aktivitas ibadah yg kita lakukan di kedua tempat juga berbeda. Di vihara kita membuat Karma baik (membaca paritta/sutra, berdana, dll) lalu memberi (melimpahkan) pahala yang seharusnya kita peroleh ke makhluk lain. Penekanannya di 'memberi'. Kalau di kelenteng kita memuji nama para dewa dan mengucapkan permohonan kita dengan harapan agar perbuatan baik kita segera berbuah sesuai harapan dan akibat dari perbuatan buruk kita dapat diminimalkan atau bahkan ditiadakan. Penekannnya di 'meminta'. Untuk dikabulkannya suatu permohonan, perlu bagi peminta untuk memiliki cukup tabungan karma baik. jika hanya terus memohon tanpa menambah tabungan karma baik, maka lama-lama permohonan akan sulit terkabul.
Secara historis, agama Buddha agak tersaru dengan Kong Hu Cu hanya bagi orang-orang keturunan Tionghoa. Karena masyarakat Tionghoa amat menghargai para leluhur mereka sehingga yang namanya tradisi sulit ditinggalkan. Ketika agama Buddha masuk ke China, orang-orang tetap saja tidak dapat meninggalkan tradisi yang telah berjalan ratusan tahun sebelumnya.
Di vihara theravada memang kita tidak akan menjumpai patung dewa atau bahkan boddhisattva. Objek pemujaan utama hanya satu: Sang Buddha. Inilah memang agama Buddha yang asli dari sananya (India).
Bagaimana dengan vihara mahayana? Karena aliran mahayana sendiri berkembang di tanah Tiongkok, maka terjadi sedikit adaptasi dengan tradisi masyarakat. Kita dapat melihat objek pemujaan selain sang Buddha, misalnya Boddhisattva. Di vihara-vihara mahayana kita dapat melakukan ritual seperti halnya di kelenteng, namun terbatas pada Buddha dan Boddhisattva saja.
Kalau teman-teman perhatikan, desain vihara mahayana umumnya menyerupai arsitektur bangunan tiongkok. Di lantai bawah terdapat altar dan hiolo (tempat menancapkan dupa) yg mirip dengan di kelenteng. Lalu di lantai/ruang lain terdapat dharmasala (ruangan kebaktian). Maksud dari penataan ini di vihara mahayana ialah agar masyarakat tionghoa yang masih melekat kuat pada tradisi dapat tetap mengekspresikan tradisi mereka di vihara, sambil memupuk Karma baik melalui kebaktian di dharmasala. jadi selain meminta, para umat diedukasi untuk dapat menabung karma baik sehingga permohonan mereka senantiasa dikabulkan.
Lantas kenapa ada vihara mahayana ada yg punya patung dewa, ada juga yang tidak? Ini ada hubungan dengan masa orde baru dulu, dimana hanya diakui 5 agama di Indonesia. Kong Hu Cu is not on the list..jadi untuk menyiasatinya, dibangunlah vihara mahayana di sebelah kelenteng. knp vihara mahayana? vihara mahayana paling memungkinkan untuk dibangun di dekat kelenteng karena mampu beradaptasi dengan lingkungan kelenteng. Coba pikir apa jadinya kalau vhr theravada yang dibangun di sebelah kelenteng, akan ada potensi suatu saat bhikkhu theravada mencela tindakan yang dilakukan para umat di kelenteng karena bertolakan dengan ajaran sang Buddha (ingat kan perbedaannya? di vihara 'memberi', di kelenteng 'meminta'). Selain itu akan ada juga potensi pencelaan oleh bhikkhu theravada terhadap objek pemujaan selain sang Buddha.
Semoga jawaban ini memberi manfaat.
Fri Oct 22, 2010 3:58 pm by Try budi
» Tatoo Dalam Buddhisme :?:
Fri Oct 22, 2010 3:23 pm by Try budi
» Apa bedanya Vihara dan Kelenteng
Fri Oct 22, 2010 3:07 pm by Try budi
» sate torpedo
Thu Dec 10, 2009 3:03 pm by felix nugroho
» toko mas jelita
Thu Dec 10, 2009 3:03 pm by felix nugroho
» tabrakan mengerikan
Thu Dec 10, 2009 3:02 pm by felix nugroho
» seperti mama
Thu Dec 10, 2009 3:02 pm by felix nugroho
» sedihnya jadi cowo
Thu Dec 10, 2009 3:01 pm by felix nugroho
» sayembara putri raja
Thu Dec 10, 2009 3:01 pm by felix nugroho