Ada seorang pejalan kaki yang harus menempuh perjalanan jauh pada malam bersalju di bawah nol derajat. Baru berjalan beberapa lama, dia sudah merasa begitu lelah dan merasa tidak dapat berjalan lebih jauh lagi.
Dengan kedia kakinya yang sudah beku, dia berpikir untuk menyerah saja. Namun dia sadar, itu berarti kematian. Ketika sedang berjuang menapaki jalanan bersalju yang tebal, kakinya terkantuk pada tubuh seorang manusia yang kaku kedinginan.
Ternyata orang itu masih hidup. Dengan mengerahkan sisa tenaga yang ada, pejalan kaki itu membopong orang yang hampir mati kedinginan itu dan terus menempuh perjalanan bersalju yang semakin tebal.
Tidak berapa lama kemudian tubuh pejalan kaki itu mulai berkeringat dan dia merasakan aliran darah mengalir ke seluruh tubuhnya. Yang menggembirakan, dari kejuahan dia melihat seberkas cahaya. Dia maju terus sambil membopong tubuh lelaki yang kaku itu dan akhirnya jatuh pingsan tepat di depan sebuah rumah. Pemilik rumah itu adalah sepasang suami istri yang baik hati. Mereka segera menyelamatkan pejalan kaki dan lelaki yang dibopongnya itu. Berangsur-angsur keduanya pulih kembali.
Lelaki yang ditolong pejalan kaki itu mengucapkan terima kasih, pejalan kaki itu pun berujar "Sebenarnya saya sangat beruntung bertemu anda waktu itu. Lantaran menolong jiwa andalah maka saya bisa menyelamtkan nyawa saya sendiri. Padahal tadinya saya sudah berniat untuk menyerah saja.. "
Seringkali kita berpikir bahwa menolong orang, apalagi dalam masa-masa sulit yang kita hadapi, merupakan sebuah kerugian besar bagi ktia. Padahal justru hal itu akan membawa berkah bagi kita yang tulus melakukannya tanpa segala pamrih. Dengan membantu orang lain, sesungguhnya kita sedang mendongkrak keberhasilan diri sendiri.
Dengan kedia kakinya yang sudah beku, dia berpikir untuk menyerah saja. Namun dia sadar, itu berarti kematian. Ketika sedang berjuang menapaki jalanan bersalju yang tebal, kakinya terkantuk pada tubuh seorang manusia yang kaku kedinginan.
Ternyata orang itu masih hidup. Dengan mengerahkan sisa tenaga yang ada, pejalan kaki itu membopong orang yang hampir mati kedinginan itu dan terus menempuh perjalanan bersalju yang semakin tebal.
Tidak berapa lama kemudian tubuh pejalan kaki itu mulai berkeringat dan dia merasakan aliran darah mengalir ke seluruh tubuhnya. Yang menggembirakan, dari kejuahan dia melihat seberkas cahaya. Dia maju terus sambil membopong tubuh lelaki yang kaku itu dan akhirnya jatuh pingsan tepat di depan sebuah rumah. Pemilik rumah itu adalah sepasang suami istri yang baik hati. Mereka segera menyelamatkan pejalan kaki dan lelaki yang dibopongnya itu. Berangsur-angsur keduanya pulih kembali.
Lelaki yang ditolong pejalan kaki itu mengucapkan terima kasih, pejalan kaki itu pun berujar "Sebenarnya saya sangat beruntung bertemu anda waktu itu. Lantaran menolong jiwa andalah maka saya bisa menyelamtkan nyawa saya sendiri. Padahal tadinya saya sudah berniat untuk menyerah saja.. "
Seringkali kita berpikir bahwa menolong orang, apalagi dalam masa-masa sulit yang kita hadapi, merupakan sebuah kerugian besar bagi ktia. Padahal justru hal itu akan membawa berkah bagi kita yang tulus melakukannya tanpa segala pamrih. Dengan membantu orang lain, sesungguhnya kita sedang mendongkrak keberhasilan diri sendiri.
Fri Oct 22, 2010 3:58 pm by Try budi
» Tatoo Dalam Buddhisme :?:
Fri Oct 22, 2010 3:23 pm by Try budi
» Apa bedanya Vihara dan Kelenteng
Fri Oct 22, 2010 3:07 pm by Try budi
» sate torpedo
Thu Dec 10, 2009 3:03 pm by felix nugroho
» toko mas jelita
Thu Dec 10, 2009 3:03 pm by felix nugroho
» tabrakan mengerikan
Thu Dec 10, 2009 3:02 pm by felix nugroho
» seperti mama
Thu Dec 10, 2009 3:02 pm by felix nugroho
» sedihnya jadi cowo
Thu Dec 10, 2009 3:01 pm by felix nugroho
» sayembara putri raja
Thu Dec 10, 2009 3:01 pm by felix nugroho