Selama ini kita mengetahui apa yang disebut dengan Prinsip 80/20 yang lebih dikenal dengan Prinsip Pareto. Prinsip ini mengatakan bahwa lebih kurang 80% HASIL berasal dari 20% (atau kurang) PENYEBAB.
Meminjam analogi Prinsip 80/20, Stephen Covey, pengarang buku laris The Seven Habits of Highly Effective People, mempopulerkan Prinsip 90/10. Prinsip ini mengatakan bahwa 10% dari hidup kita ditentukan oleh apa yang terjadi dan 90% ditentukan oleh bagaimana kita bereaksi terhadap kejadian-kejadian itu.
Maksudnya adalah bahwa kita tidak bisa mengontrol terhadap 10% dari apa yang terjadi kepada kita. Sebagai contoh kita tidak bisa mengontrol kemacetan di jalan raya. Kita tidak bisa mengontrol bila pesawat yang kita tumpangi ternyata delay. Kita juga tidak bisa mengontrol harga minyak dunia yang terus melambung.
Tetapi tentu sangat berbeda dengan 90% sisanya. Anda bisa mengendalikannya. Bagaimana caranya ? Yaitu melalui reaksi atau respon yang Anda pilih.
Anda tidak bisa mengontrol kemacetan di jalan, tetapi Anda bisa mengontrol apa yang akan Anda lakukan ketika menemui kemacetan. Anda bisa melamun saja, menggerutu, mengumpat atau menyalahkan pemerintah yang tak segera membangun jalan baru. Atau Anda bisa mendengarkan musik kesukaan, mendengarkan audio CD motivasi, menghubungi relasi atau membalas e-mail penting melalui PDA atau smartphone Anda (tentu yang ini bila Anda punya sopir atau tidak sedang dibelakang kemudi). Intinya, Anda punya porsi 90% untuk melakukan apapun apakah yang tidak bermanfaat atau yang bermanfaat.
Anda tidak tahu bila ternyata pesawat yang akan Anda tumpangi delay, tetapi Anda bisa memilih reaksi Anda ketika petugas di bandara mengumumkan bahwa pesawat Anda delay dua jam. Anda bisa kesal, marah-marah atau mengajak berantem si petugas karena pengumumannya terlambat. Anda bisa sabar menunggu sambil membaca koran, tidur di ruang tunggu keberangkatan, surfing internet, mencari kenalan baru atau pergi ke cafe. Anda punya banyak sekali pilihan.
Begitu juga, Anda tidak bisa mengontrol melambungnya harga minyak yang mendekati US$100 per barrel. Apa yang bisa Anda lakukan ? Bahkan Presiden OPEC-pun tak bisa berbuat banyak, sami mawon dengan Presiden SBY yang notabene bakal pusing juga karena negara ini ‘net importer’ minyak. Tetapi di balik itu, Anda tetap bisa mengontrol agar biaya produksi barang-barang Anda tidak melambung tinggi. Anda bisa memakai energi alternatif selain minyak, Anda bisa melakukan negosiasi ulang dengan transporter atau forwarding atau rekanan ekspedisi Anda, Anda bisa melakukan efisiensi di berbagai bidang, Anda bisa menaikkan produktivitas melalui SDM, mesin atau sistem yang Anda miliki atau bila memungkinkan Anda bisa menaikkan harga jual atau apapun agar perusahaan Anda bisa tetap profitable dan competitive. Biarlah anjing menggonggong (maksud saya ‘harga minyak melambung’) kafilah tetap berlalu (maksud saya ‘produksi harus tetap jalan’, ‘dapur harus tetap mengepul’).
Jutaan orang menderita karena keadaan. Ada yang kehilangan pekerjaan, ditinggal sahabat, sedih, stress, depresi, bahkan banyak yang bunuh diri. Bagi mereka seolah-olah dunia ini bersekongkol untuk memusuhi mereka. Hari-hari jelek diikuti oleh hari-hari jelek berikutnya. Semuanya terasa suram, termasuk masa depan mereka. Ada yang pasrah dengan mengatakan : “Ah memang nasibku begini”. Ada juga yang ujung-ujungnya menyalahkan Tuhan yang dituduh tidak adil.
Di lain pihak, pada situasi dan kondisi yang sama, jutaan orang yang lain tetap bisa menikmati hidup bahkan semakin berbahagia. Mereka terus bisa berkarya dan bisa bermanfaat bagi orang lain dan dirinya sendiri. Mereka tidak fokus pada kejadian yang tidak bisa dikendalikannya, tetapi mereka fokus kepada apa yang bisa dilakukannya. Mereka menemukan solusi di setiap masalah. Mereka melihat peluang di setiap krisis.
Apa yang membedakan ‘nasib’ kedua kelompok ini ? Karena kelompok pertama hanya berfokus pada yang 10%, hal-hal yang tak bisa dikendalikannya, sedangkan kelompok yang kedua berfokus kepada yang 90%, respon mereka, apa yang bisa mereka lakukan.
Keduanya mulai dari titik ’start’ yang sama, situasi dan kondisi yang sama. Tetapi cara pandang keduanya berbeda, paradigma berpikirnya berbeda, maka tindakannya berbeda. Hasilnya sudah pasti berbeda.
Bagaimana dengan Anda ? Terserah mau pilih yang mana. Tetapi untuk mengubah hidup Anda menjadi lebih baik, hanya ada satu pilihan. Terapkan Prinsip 90/10 dalam setiap kejadian. Terjadilah yang 10% dan kendalikanlah yang 90%.
Meminjam analogi Prinsip 80/20, Stephen Covey, pengarang buku laris The Seven Habits of Highly Effective People, mempopulerkan Prinsip 90/10. Prinsip ini mengatakan bahwa 10% dari hidup kita ditentukan oleh apa yang terjadi dan 90% ditentukan oleh bagaimana kita bereaksi terhadap kejadian-kejadian itu.
Maksudnya adalah bahwa kita tidak bisa mengontrol terhadap 10% dari apa yang terjadi kepada kita. Sebagai contoh kita tidak bisa mengontrol kemacetan di jalan raya. Kita tidak bisa mengontrol bila pesawat yang kita tumpangi ternyata delay. Kita juga tidak bisa mengontrol harga minyak dunia yang terus melambung.
Tetapi tentu sangat berbeda dengan 90% sisanya. Anda bisa mengendalikannya. Bagaimana caranya ? Yaitu melalui reaksi atau respon yang Anda pilih.
Anda tidak bisa mengontrol kemacetan di jalan, tetapi Anda bisa mengontrol apa yang akan Anda lakukan ketika menemui kemacetan. Anda bisa melamun saja, menggerutu, mengumpat atau menyalahkan pemerintah yang tak segera membangun jalan baru. Atau Anda bisa mendengarkan musik kesukaan, mendengarkan audio CD motivasi, menghubungi relasi atau membalas e-mail penting melalui PDA atau smartphone Anda (tentu yang ini bila Anda punya sopir atau tidak sedang dibelakang kemudi). Intinya, Anda punya porsi 90% untuk melakukan apapun apakah yang tidak bermanfaat atau yang bermanfaat.
Anda tidak tahu bila ternyata pesawat yang akan Anda tumpangi delay, tetapi Anda bisa memilih reaksi Anda ketika petugas di bandara mengumumkan bahwa pesawat Anda delay dua jam. Anda bisa kesal, marah-marah atau mengajak berantem si petugas karena pengumumannya terlambat. Anda bisa sabar menunggu sambil membaca koran, tidur di ruang tunggu keberangkatan, surfing internet, mencari kenalan baru atau pergi ke cafe. Anda punya banyak sekali pilihan.
Begitu juga, Anda tidak bisa mengontrol melambungnya harga minyak yang mendekati US$100 per barrel. Apa yang bisa Anda lakukan ? Bahkan Presiden OPEC-pun tak bisa berbuat banyak, sami mawon dengan Presiden SBY yang notabene bakal pusing juga karena negara ini ‘net importer’ minyak. Tetapi di balik itu, Anda tetap bisa mengontrol agar biaya produksi barang-barang Anda tidak melambung tinggi. Anda bisa memakai energi alternatif selain minyak, Anda bisa melakukan negosiasi ulang dengan transporter atau forwarding atau rekanan ekspedisi Anda, Anda bisa melakukan efisiensi di berbagai bidang, Anda bisa menaikkan produktivitas melalui SDM, mesin atau sistem yang Anda miliki atau bila memungkinkan Anda bisa menaikkan harga jual atau apapun agar perusahaan Anda bisa tetap profitable dan competitive. Biarlah anjing menggonggong (maksud saya ‘harga minyak melambung’) kafilah tetap berlalu (maksud saya ‘produksi harus tetap jalan’, ‘dapur harus tetap mengepul’).
Jutaan orang menderita karena keadaan. Ada yang kehilangan pekerjaan, ditinggal sahabat, sedih, stress, depresi, bahkan banyak yang bunuh diri. Bagi mereka seolah-olah dunia ini bersekongkol untuk memusuhi mereka. Hari-hari jelek diikuti oleh hari-hari jelek berikutnya. Semuanya terasa suram, termasuk masa depan mereka. Ada yang pasrah dengan mengatakan : “Ah memang nasibku begini”. Ada juga yang ujung-ujungnya menyalahkan Tuhan yang dituduh tidak adil.
Di lain pihak, pada situasi dan kondisi yang sama, jutaan orang yang lain tetap bisa menikmati hidup bahkan semakin berbahagia. Mereka terus bisa berkarya dan bisa bermanfaat bagi orang lain dan dirinya sendiri. Mereka tidak fokus pada kejadian yang tidak bisa dikendalikannya, tetapi mereka fokus kepada apa yang bisa dilakukannya. Mereka menemukan solusi di setiap masalah. Mereka melihat peluang di setiap krisis.
Apa yang membedakan ‘nasib’ kedua kelompok ini ? Karena kelompok pertama hanya berfokus pada yang 10%, hal-hal yang tak bisa dikendalikannya, sedangkan kelompok yang kedua berfokus kepada yang 90%, respon mereka, apa yang bisa mereka lakukan.
Keduanya mulai dari titik ’start’ yang sama, situasi dan kondisi yang sama. Tetapi cara pandang keduanya berbeda, paradigma berpikirnya berbeda, maka tindakannya berbeda. Hasilnya sudah pasti berbeda.
Bagaimana dengan Anda ? Terserah mau pilih yang mana. Tetapi untuk mengubah hidup Anda menjadi lebih baik, hanya ada satu pilihan. Terapkan Prinsip 90/10 dalam setiap kejadian. Terjadilah yang 10% dan kendalikanlah yang 90%.
Fri Oct 22, 2010 3:58 pm by Try budi
» Tatoo Dalam Buddhisme :?:
Fri Oct 22, 2010 3:23 pm by Try budi
» Apa bedanya Vihara dan Kelenteng
Fri Oct 22, 2010 3:07 pm by Try budi
» sate torpedo
Thu Dec 10, 2009 3:03 pm by felix nugroho
» toko mas jelita
Thu Dec 10, 2009 3:03 pm by felix nugroho
» tabrakan mengerikan
Thu Dec 10, 2009 3:02 pm by felix nugroho
» seperti mama
Thu Dec 10, 2009 3:02 pm by felix nugroho
» sedihnya jadi cowo
Thu Dec 10, 2009 3:01 pm by felix nugroho
» sayembara putri raja
Thu Dec 10, 2009 3:01 pm by felix nugroho